Studi terbaru menemukan, detak jantung yang tidak normal berpengaruh
terhadap penurunan kemampuan berpikir (kognitif) secara cepat. Kejadian
yang juga kerap disebut fibrilasi atrial itu sebelumnya dikenal sebagai
tanda dari adanya penggumpalan darah, risiko stroke, risiko gagal
jantung, risiko komplikasi yang berhubungan dengan jantung lainnya.
Demikian dikutip dari Times of India.
Peneliti mengatakan bahwa peserta studi yang memiliki ketidakteraturan detak jantung, memiliki nilai skor tes kognitif yang
lebih rendah. Hasil tersebut muncul setelah memperhatikan faktor-faktor
lain yang menyebabkan percepatan penurunan kognitif.
“Ini berarti bahwa orang dengan fibrilasi atrial, rata-rata, mencapai keadaan gangguan kognitif yang signifikan atau kepikunan pada usia lebih awal dari orang yang tidak mengalami fibrilasi atrial,” kata Evan Thacker, Ph.D., penulis studi di Department of Epidemiology, University of Alabama di Birmingham (UAB) School of Public Health.
Studi ini melibatkan sekitar 5.000 orang berusia 65 tahun ke atas
yang melakukan tes kognitif setiap tahun, selama tujuh tahun. Sekitar
11 persen peserta diketahui mengalami atrial fibrilasi. Nilai tertinggi
tes ini adalah 100 poin.
Pada peserta berusia 80 tahun yang mengidap atrial fibrilasi,
rata-rata memiliki penurunan 10 poin pada tes kognitif dalam jangka
waktu lima tahun. Sementara pada peserta yang tidak memiliki atrial
fibrilasi, penurunan skor kognitifnya hanya enam poin dalam lima tahun.
Rata-rata penurunan ini berbeda pada tiap usia.
Pada tes fungsi otak lainnya, penderita atrial fibrilasi berusia 80
tahun mengalami penurunan skor sebanyak tujuh poin dalam lima tahun.
Sementara peserta yang sehat, mereka hanya menurun lima poin dalam lima
tahun. Peneliti mengatakan keterkaitan tersebut dapat terjadi karena adanya gumpalan darah kecil yang terbentuk di jantung,
lalu di otak. Hal ini mungkin tanpa gejala, namun dapat membuat
kerusakan otak seiring berjalannya waktu. Alasan selanjutnya yaitu,
“Output yang rendah dari darah ke otak melalui denyut jantung yang tidak teratur, dapat menyebabkan kerusakan otak kecil yang terbentuk dari waktu ke waktu,” kata Thacker.
Studi ini dipublikasikan dalam edisi online Neurology, jurnal medis dari American Academy of Neurology.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !