Jakarta - Rencana pemerintah menaikkan harga BBM
subsidi dinilai wajar. Saat ini Indonesia mengimpor 900 ribu barel/hari
minyak dan BBM yang harganya cukup mahal.
"Produksi minyak dalam
negeri saat ini hanya sebesar 840.000 barel per hari, ini sudah faktor
alam produksi minyak terus turun tiap tahunnya," ungkap Kepala Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
Rudi Rubiandini di acara '100 Hari Kerja Kepala SKK Migas', di Kantor
Pusat SKK Migas, Wisma Mulia, Jakarta, Senin (14/5/2013).
Dikatakan
Rudi, saat ini dari produksi minyak Indonesia sekitar 800 ribu barel
per hari. Yang menjadi bagian pemerintah saat ini adalah 560 ribu barel
per hari.
"Setiap produksi minyak, 60% merupakan jatah negara,
40% bagian kontraktor. Nah dari 560.000 barel itu yang jadi bagian
negara hanya 560.000 barel per hari," ujarnya.
Jadi dengan hanya
560.000 barel per hari tersebut, kata Rudi, tidak bisa memenuhi
kebutuhan BBM rakyat Indonesia yang mencapai 1,4 juta barel per hari.
"Artinya
masih kurang dong, sehingga untuk menutupi kebutuhan tersebut harus
dari impor, dan kita harus impor sebanyak 900.000 barel per hari,"
ungkapnya.
Ditegaskan Rudi, dengan produksi minyak hanya 560.000
barel/hari sementara impornya 900.000 barel/hari, maka pemerintah bakal
tekor. Karena harga impor tinggi, apalagi impor menggunakan dolar yang
saat ini terus menguat terhadap rupiah.
"Jadi sudah sangat pantas jika harga BBM itu dinaikkan, sayang capek-capek kita produksi minyak, babak belur kita di hulu. Tahunya uang yang didapat habis semua cuma untuk dibakar," tandas Rudi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !